ABOUT SEMARANG – Rembang, sebuah kota di pesisir utara Jawa Tengah, menyimpan sejarah panjang yang menarik untuk diungkap.
Meskipun keberadaannya pada masa Kerajaan Majapahit belum dapat dibuktikan secara detail sebagai wilayah yang mandiri atau bagian negara bagian Majapahit, nama Rembang sudah tercatat dalam berbagai sumber sejarah penting.
Artikel ini akan mengulas jejak sejarah Rembang mulai dari masa Majapahit hingga asal usul nama yang unik dan kaya makna.
Dikutip dari rembangkab.go.id, Salah satu bukti tertulis tertua yang menyebutkan Rembang berasal dari Kitab Negara Kertagama, karya pujangga Majapahit yang ditulis pada abad ke-14.
Dalam pupuh XXI, disebutkan secara ringkas keberadaan Rembang sebagai salah satu wilayah yang terletak di pesisir laut utara Jawa.
Kalimat dalam kitab tersebut berbunyi:
“…Menuruni surah melintasi sawah, lari menuju Jaladipa, Talapika, Padali, Arnon dan Panggulan langsung ke payaman, Tepasana ke arah kota Rembang sampai di kemirakan yang letaknya di pantai lautan”.
Meski deskripsi yang ada tidak cukup detail, ini menegaskan bahwa Rembang sudah dikenal sebagai lokasi penting di pesisir utara Jawa sejak masa kerajaan besar Majapahit.
Selanjutnya, catatan perjalanan para pelaut dan penjelajah Eropa abad ke-16 memperkuat keberadaan Rembang sebagai kota pelabuhan penting.
Antonia Pigafetta, pelaut Italia yang melakukan ekspedisi ke Indonesia, mencatat beberapa kota penting di Jawa Utara, termasuk Surabaya, Gersik, dan Bali.
Meski Rembang tidak disebutkan secara eksplisit oleh Pigafetta, nama-nama kota pantai utara Jawa memang menjadi pusat perhatian para pelaut asing.
Nama Rembang justru muncul dengan jelas dalam catatan Tome Pires, seorang Portugis yang membuat laporan antara tahun 1512 hingga 1515.
Dalam tulisannya, Tome Pires menyebutkan “the land of Rembang (Remee)” sebagai salah satu wilayah penting di pesisir Jawa, berdampingan dengan kota-kota besar seperti Demak, Semarang, dan Tuban.
Hal ini membuktikan bahwa Rembang memiliki peran strategis sebagai kota pelabuhan dan pusat perdagangan pada awal abad ke-16.
Selain itu, kisah lokal dari manuskrip tidak resmi yang disampaikan oleh Mbah Guru memberikan wawasan unik tentang asal-usul nama “Rembang.”
Dikisahkan sekitar tahun Syaka 1336, sekelompok keluarga dari Campa (kini wilayah Vietnam) yang ahli membuat gula tebu datang ke wilayah tersebut.
Mereka mendarat di sekitar sungai dengan pohon bakau yang lebat, kemudian membabat dan membuka lahan untuk perkampungan yang dinamakan Kabongan, diambil dari kata “bakau”.
Ritual adat yang disebut “ngRembang sakawit” menjadi inti dari tradisi lokal, yakni upacara memotong dan memeras tebu dengan prosesi doa dan semedi.
Kata “ngRembang” inilah yang kemudian menjadi nama kota Rembang yang kita kenal hingga kini.
Upacara ini dipercaya pertama kali dilaksanakan pada hari Rabu Legi, bulan Waisaka, tahun Saka 1337 menurut kalender Jawa.
Sejarah Rembang memang masih memiliki banyak sisi yang belum terungkap secara tuntas, terutama dalam konteks masa Kerajaan Majapahit.
Namun, keberadaan Rembang sebagai kota pelabuhan penting di pesisir utara Jawa telah dibuktikan oleh berbagai sumber, baik lokal maupun asing.
Kisah asal-usul nama dan tradisi “ngRembang sakawit” juga menambah warna tersendiri dalam sejarah budaya kota ini.
Rembang bukan hanya sekedar kota kecil, tetapi bagian penting dari sejarah nusantara yang layak terus dipelajari dan diapresiasi.***
News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.